Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kesedihan Mendalam Seorang Murid Yang ditinggal Selamanya Oleh Guru Terbaiknya. Guru Sahyun

 

 


 Guruku, Selamat Memetik Buah Pengabdianmu
===

Saya kecil dulu, di suatu magrib, ibu menggandeng tangan saya menuju rumah Guru Syahyun. Dengan membawa sebuah tikar (itu biasa pada waktu itu, untuk disedekahkan/dipakai di tempat mengaji), saya akan diserahkan untuk belajar mengaji di rumah sang guru. Tiba di sana, ibu bicara sebentar dengan guru Syahyun, untuk memintakan saya izin untuk bisa ikut mengaji di rumah beliau. Setelah itu ibu pulang, saya tinggal hingga selesai shalat isya. Maka, sejak saat itu, setiap magrib hingga isya, saya datang ke rumah Guru Syahyun untuk mengeja alif ba ta, belajar sifat 20, dan lain-lainnya.
Jika hari ini saya bisa mengaji, merangkai huruf-huruf hijaiyah menjadi bacaan yang benar, itu diantaranya adalah hasil didikan beliau.
Biasanya setelah shalat magrib, ditanya, siapa yang tidak datang shalat dan ngaji subuh, tidak shalat dzuhur dan ashar. Magrib isya, dicek siapa yang tidak datang malam sebelumnya. Maka diantara kami, akan maju dengan sukarela untuk dihukum atas ketidakdisiplinan itu. Hal biasa lah waktu itu.
Maka, tak hanya guru mengaji di mushalla, beliau juga guru yang mengabdi mendidik anak-anak di Madrasah Tsanawiyah  ( MTs NW Ketangga Suela ) Saat saya masuk MTs, beliau sudah  bertahun-tahun mengabdi di sana, sebagai guru bahasa Arab, disamping tugas lainnya.

Dari beliaulah saya mengenal isim, fiil, huruf, yang diajarkan  dengan gaya gaya tertentu sehingga Cepat sekali saya mengerti. Menghafal dhamir dengan cara semangat ,gerakan tangan persis seperti dirigen pemandu paduan suara. Suara juga keras mengikuti gerakan tangan yang cepat. Begitu juga dengan hafalan wazan fa'ala-fa'alaa- fa'aluu. Semuanya terekam hingga saat ini.
Walau demikian, bertahun-tahun setelah itu, ilmu yang telah beliau ajarkan tak hilang ditelan waktu. Beliau peletak dasar tauhid, ngaji hingga bahasa Arab bagi anak-anak sepadan saya waktu itu. Betapa berkah ilmu yang telah beliau  berikan. Pahalanya akan terus mengalir untuk beliau.
Sementara pengabdiannya di dunia pendidikan untuk generasi Islam dan kemashlahatan umat adalah pengabdian abadi yang diakhirnya kini, hanya diputus oleh maut.

Innalillahi wa inna ilaihi rooji'un.... Allah kini telah memanggilmu....

Selamat jalan wahai guruku. Usai sudah pengabdian yang engkau berikan untuk umat ini. Engkau yang begitu tawadhu', tak ingin dikenal semasa hidup, kini di hari kepergianmu, wajah teduhmu berseliweran, seakan mengabarkan pada dunia bahwa engkau kini telah menghadap Pencipta. Sekian lama merasakan sakit, sepertinya Allah menunggu waktu terbaik untuk memanggilmu pulang. Di bulan agung ini. Selamat bertemu Penciptamu yang karena-Nya engkau mengabdi tiada henti. Selamat memetik buah pengabdianmu selama ini....

Ya Allah, ampuni salah khilafnya, terima amal kebaikannya, dan berilah tempat terbaik di sisi-Mu, aamiin Ya Rabbal'Alamiin