Khutbah Singkat Idul Fitri dirimah || Tema COVID-19
Khutbah I
Assalamu
alaikum wr wb.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر
الله أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كثيرا
وسبحان الله بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ
اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ
السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا
اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ
أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و
سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ
بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أما بعد: فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى
الله وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران الكريم: أعوذ بالله من
الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صدق الله العظيم
Keluargaku
yang saya sayangi!
Pada saat ini kita semua patut bersyukur bahwa bulan
suci Ramadhan baru saja kita lalui bersama dengan baik. Ini berarti kita semua
telah lulus ujian, yakni berhasil menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh
sesuai dengan ketentuan syari’at. Sekarang juga, kita patut bergembira karena
di samping telah berhasil menambah pundi-pundi pahala, juga dosa-dosa kita
diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu sebagai berikut:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ
لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya,
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Keluargaku hafidhakumullah,
Nuansa Idul
Fitri tahun ini, tidak sama dengan tahun-tahun sebelunya, karena hingga saat
ini, walupuun bulan yang mulia Ramadhan Mubarok telah berlalu namun pandemi
Covid-19 masih melanda daerah kita, bangsa kita bahkan dunia, ini tentunya
sebagai ujian bagi kita, kalau Idul Fitri tahun sebelumnya kita bersama-sama
secara ramai pergi ke masjid atau lapangan untuk shalat Idul Fitri, namun tahun
ini kita shalat idul fitri di rumah hanya bersama keluarga kita. Jikalau idul
fitri tahun sebelumnya setelah shalat idul fitri kita saling bersalam-salaman
saling berpelukan, saling kontak lansung, maka kali ini kita hanya bisa
melakukan hal itu secara tidak langsung, hanya melalui media sosial, tentunya
ini tidak mengurangi makna silaturrahim di antara kita saudara saudara kita
kaum muslimin, yang paling penting dari perlaksanaan idul fitri adalah
bagaimana kita kembali ke fitrah kita, suci lahir bathin dan tentunya saling
maaf memaafkan sesama walaupun tidak bertemu secara langsung.
Keluargaku yang saya Sayangi dan cintai!
Apa artinya, jika kita hanya
bertawakkal saja, tanpa berusaha untuk mencegah agar tidak tertular, tidak
mendengar anjuran pemerintah, tidak mendengar anjuran dokter dan para ahli
medis, maka kita juga bisa tertular. Jika kita tertular virus ini karena
egoisme kita, maka kita juga akan berpotensi menularkan virus ini kepada banyak
orang, kepada keluarga kita, kepada anak kita, kepada istri kita, kepada
tetangga kita, kepada karyawan kita, juga kepada orang-orang yang kita sayangi.
Betapa zalimnya kita atas sikap egoisme kita, atas sikap sok
tahu kita, sehingga membuat orang lain yang tidak salah apa-apa mendapatkan
masalah, apalagi jika orang yang tertular karena perilaku ceroboh kita tersebut
meninggal, padahal ia memiliki tanggungan anak dan istri, sedangkan keluarganya
tidak mampu, siapa yang akan memikirkan nasib keluarganya? Mungkin selama ini,
kita tidak berfikir sampai ke sana, namun mau tidak mau, itulah hal yang
terjadi jika kita hanya tawakkal dan dengan sombongnya tidak dibarengi dengan
ikhtiyar.
Inilah pembelajaran pertama dari wabah Corona, kita mempelajari
secara langsung makna dan hakikat dari tawakkal, dengan praktek dan langsung melksanakannya. Bukan
hanya sekedar teori dan pembahasan saja, tapi juga langsung kita praktekkan
dalam mencegah
Keluargaku, anak-anakku hafidhakumullah.
Pembelajaran kedua yang bisa kita ambil dari wabah Corona ini
adalah kita semakin dekat dengan keluarga kita di rumah, karena kewajiban social
distancing. Para pekerja yang biasanya setiap hari berangkat
sebelum anak tidur, dan pulang setelah anak tidur, kini bisa menemani mereka
dari bangun tidur hingga tidur kembali.
Selain itu, kita juga bisa
menambah ibadah di rumah. Jika selama ini ibadah kita hanya kita laksanakan di
masjid saat shalat fardhu saja, kita bisa laksanakan ibadah fardhu, sekaligus
ibadah sunnah di rumah. Hal ini agar rumah kita selalu bercahaya dan terang,
tidak kosong dan hampa seperti kuburan. Begitu juga kalau selama ini shalat
Idul Fitri kita laksanakan di Masjid, atau lapangan terbuka dengan ratusan
bahkan ribuan orang, maka kali ini kita laksanakan hanya dengan kelurga inti
saja dan di rumah. Dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Imam At-Tirmidzi misalnya dijelaskan bahwa Rasul pernah meminta para
sahabat untuk mengerjakan shalat sunah setelah maghrib (ba’diyah maghrib) di
rumah.
عن سعدِ بن إسحاقَ بن كَعْبِ بن
عُجْرَةَ عن أبيهِ عن جَدّهِ قال: “صَلّى النبيّ صلى الله عليه وسلم في مَسْجِدِ
بَني عبدِ الأشْهَلِ المغْرِبَ فَقَامَ نَاسٌ يَتَنَفّلُونَ، فقَال النبيّ صلى
الله عليه وسلم: عَلَيكُمْ بهَذِهِ الصّلاة في البُيُوتِ
“Dari Said bin Ishaq bin Kaab
bin ‘Ujrah dari ayahnya dari kakeknya berkata bahwa ketika Rasulullah selesai
melakukan shalat maghrib di masjid Bani Abdil Ashal, beberapa orang kemudian
melakukan shalat sunah. Kemudian Rasul Saw bersabda, ‘Lakukanlah shalat ini di rumah-rumah kalian,’ (H.R At-Tirmidzi)
Dalam riwayat
yang lain Rasulullah SAW bersabda ;
عَنأَبِي مُوسَىعَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ، قَالَ : مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللَّهُ فِيهِ ،
وَالْبَيْتِ الَّذِي لَا يُذْكَرُ اللَّهُ فِيهِ ، مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Dari Abu Musa, Rasulullah SAW bersabda, Perbedaan rumah yang
selalu digunakan untuk berdzikir kepada Allah SWT dan rumah yang tidak
digunakan untuk berdzikir adalah seperti perbedaan orang yang hidup dengan orang
yang mati.” (H.R Muslim)
Keluargaku yang saya sayangi.
Semoga kita selalu diberikan kesehatan dan kesempatan untuk
terus beribadah kepada Allah SWT, berkumpul dengan orang-orang yang kita
sayangi hingga wabah ini berakhir. Semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya.
Wabah covid-19 segera diangkat oleh Allah Swt, Amin ya
rabbal ‘alamin.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الاَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
Baca juga khutbah II.
👇👇👇
https://bit.ly/2AUxPPg
👇👇👇
https://bit.ly/2AUxPPg