Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BAHAN AJAR DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF PENYULUH AGAMA NON PNS TAHUN 2020


BAHASAN BUILDING LEARNING COMMITMENT (BLC)
BAHAN AJAR DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF PENYULUH AGAMA NON PNS DI LINGKUNGAN KEMENAG KAB. TIMUR
Oleh : Drs. Ha. Kusyamto, M.Pd

A. Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain
Dalam suatu kelompok di mana anggotanya baru pertama kalinya bertemu dan belum saling mengenal satu sama lain, pikiran mereka akan terpusat pada pertanyaan-pertanyaan berikut. Siapakah orang lain di sini? Apakah mereka dapat dipercaya? Dari manakah mereka? Siapa namanya? Datang dari mana? Berapa umurnya? Dan berbagai pertanyaan akan berkecamuk dalam pikiran mereka. Proses ini biasanya menyerap tenaga peserta yang akan berpengaruh dalam proses pembelajaran dan kerjasama diantara peserta.
Setiap kali kita bertemu dengan orang yang baru kita kenal, maka kesan pertama kita akan orang tersebut banyak dipengaruhi oleh penampilan, cara ia berbicara, tertawa, berpakaian dan sebagainya. Biasanya kesannya bisa positif dan bisa negatif atas orang lain. Dan itu berpengaruh terhadap sikap dan pandangan kita terhadap yang bersangkutan. Oleh karena itu, diperlukan beberapa waktu untuk membuktikan apakah kesan atau pandangan kita itu benar. Semakin baik peserta saling mengenal, semakin kompak mereka dan semakin efektif proses kerjasama dan proses pembelajaran yang terjadi. Adapun langkah-langkah dalam membina kekompakan tersebut dan peserta siap untuk memulai proses pembelajaran, sebagai berikut:
      1. Pencairan Kelas
Kegiatan awal yang perlu dilakukan adalah pencairan kelas atau “bina suasana”. Kegiatan dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta memulai pelajaran. Di sini dimaksudkan untuk mencairkan suasana agar hubungan antar peserta dan peserta fasilitator terbina dengan baik, sehingga siap untuk belajar. Dengan bina suasana ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana aman dan penuh kepercayaan diantara peserta dan widyaiswara.
Dengan merasa senang, bebas dari tekanan fisik maupun mental emosional, memungkinkan peserta belajar lebih efektif dan menyerap serta mengingat sejumlah besar materi dengan baik. Mengapa demikian? Karena dalam keadaan seperti ini, peserta bisa memanfaatkan seluruh potensi otaknya. Kuncinya adalahnya membangun ikatan emosional dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan dan menyingkirkan segala macam ancaman. Proses belajar dapat diibaratkan sebuah mobil, akan dapat melaju dengan semua silinder, jika dimulai dari gigi pertama (menyingkirkan ancaman) dan berusaha masuk ke kondisi HOTS (Quantum Teaching, Bobby DePorter dkk). Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau keterampilan Berfikir Orde Tinggi. Ini tidak akan dapat dicapai dalam suasana penuh tekanan fisik dan emosional, karena ketika otak menerima ancaman atau tekanan, kapasitas saraf untuk berfikir rasional mengecil. “Otak dibajak secara emosional” (Goleman, 1995) menjadi mode bertempur atau kabur dan beroperasi pada tingkat bertahan hidup. Oleh karena itu, bina suasana atau pencairan kelas adalah sesuatu yang mutlak diperlukan agar proses pembelajaran berjalan secara efektif.
      2. Mengenal Diri
Agar dapat mengembangkan diri, setiap orang hendaknya mengenal dirinya dengan baik, mengenal potensi-potensi yang dimilikinya, baik potensi yang positif maupun potensi yang negatif. Dengan mengetahui potensi yang positif akan diketahui apa yang harus dikembangkan atau dioptimalkan dan yang negatif akan dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Dengan mengenal diri secara lebih baik, peserta dapat memahami dengan jelas apa faktor-faktor yang menunjang keberhasilan dan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan yang pernah dialami. Dengan mengenal dirinya secara lebih baik, peserta mengetahui apa yang ingin dicapai atau yang dicita-citakan, sehingga dapat menetapkan tujuan hidupnya secara lebih realistis. Penetapan tujuan ini akan mendorong atau memotivasi seseorang berbuat lebih baik lagi. Dengan jelasnya tujuan yang ingin dicapai seseorang akan jelas hendak melangkah ke mana. Tanpa tujuan yang jelas, seseorang juga tidak akan jelas akan melangkah ke mana. Bagaimana dengan Bapak-Ibu  peserta diklat pengawas MTs?
      3.  Mengenal Orang Lain
Kerjasama yang efektif dan kelompok yang sinergis akan terbentuk kalau masing-masing anggota kelompok saling mengenal dengan baik. Saling memahami apa kelebihan-kelebihan yang dimiliki dan apa kekurangan-kekurangan anggota kelompok. Kelompok ini akan sinergis, kalau diantara masing-masing anggota kelompok dapat menerima anggota kelompok lainnya dengan segala kelebihan dan  segala kekurangan serta kommit untuk melaksanakan sesuatu sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada. Kelompok akan efektif bahkan sinergis kalau diantara masing-masing anggotanya ada saling mempercayai satu dengan lainnya (trust), memiliki sikap keterbukaan (opennes), memiliki rasa tanggung jawab (responsibility) dan merasa bahwa dirinya bagian integrasi dari yang lainnya (interdependency). Ini akan dapat dicapai kalau sesama anggota kelompok saling mengenal dengan baik. Oleh karena itu, ada upaya yang perlu dilakukan untuk mengenal orang lain agar kita bisa memahami orang lain dengan baik. Stephen R Covey dalam bukunya “The Seven Habbits of Highly Effective People” mengatakan bahwa “berusahalah mengerti orang lain terlebih dahulu,   baru kita berharap kita bisa dimengerti orang lain”

B. Mengenal Gaya Belajar
Semua orang mempunyai cara yang berlainan dalam menerima, memproses dan menerapkan informasi. Kebanyakan dari kita cenderung meneruskan informasi dengan cara yang kita sukai, sesuai dengan seleranya. Gaya belajar orang sangat beraneka terutama pada saat memproses informasi dan belajar lewat indera kita. Para peneliti  menemukan  ada  satu  indera   kita yang dominan   digunakan,  yaitu : visual,  auditorial   dan   kinestetik   (Helen Augus, 1996:5)
      1. Visual
Golongan ini lrebih tergantung pada penglihatannya daripada pendengarannya, atau perabaannya untuk menginderai apa yang mereka rasakan. Mereka ingin melihat kenyataan dan lebih dapat memahami dengan mononton dan mengamati. Golongan visual belajart dari presentasi, transparansi overhead, tulisan di papan tulis, grafik, diagram, videotape, film n hand out akan sangat membantu. Begitupun warna dapat memberi efek yang baik pada kelompok gaya belajar visual. Seseorang yang sangat visual bercirikan :
-          teratur,  memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan;
-          mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan
-          membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh.
      2. Auditoral
Kelompok ini memahami dan mengingat lewat bunyi, dengan menggunakan telinga dan suara mereka. Sering mereka mengulangi kata-kata untuk mempelajarinya dan memberi tanggapan yang baik terhadap pola bunyi, ritme, musik dan  nyanyian.  Seseorang yang auditorial bercirikan :
-          perhatiannya mudah terpecah
-          berbicara dengan pola berirama;
-          belajar dengan cara menfengarkan , menggerakkan bibir/bersuara saat membaca;
-          berdialog secara internal dan eksternal
     3. Kinestetik
Kelompok yang menyukai gerakan, rabaan, keterlibatan secara jasmani, dan keaktifan. Kelompok gaya belajar kinestetik  suka memerankan, menghasilkan membuat sesuatu proyek, bereksperimen dan latihan. Seseorang yang sangat kinestetik bercirikan :
-          Menyentuk orang  dan berdiri berdekatan, banyak bergerak;
-          Belajar dengan melakukan , menunjuk tulisan saat membaca, menangggapi secara fisik;
-          Mengingat sambil berjalan dan melihat
C. Membangun Komitmen Belajar
Salah satu teknik untuk mempercepat proses penyesuaian diri dengan lingkungan baru dalam suatu training atau pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah dengan BLC. Dalam suatu diklat, BLC digunakan sebagai suatu metode atau proses. Sebagai metode, BLC digunakan untuk membuat para peserta lebih mengenal siapa dirinya dan siapa temannya, berinteraksi dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya.
Peran BLC dalam Diklat adalah mencairkan suasana, mengenal kekuatan, dan kelemahan pribadi, mengenal kekuatan dan kelemahan orang lain, berkomunikasi secara efektif, menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan, menetapkan norma dalam belajar, membina kelompok yang efektif, dan mensukseskan seluruh kegiatan belajar selama diklat berlangsung.
Sedangkan sebagai suatu proses, BLC dapat digunakan sebagai usaha agar setiap individu dalam kelas berpartisipasi aktif. Jadi BLC pada dasarnya merupakan metode dan proses yang bertujuan meningkatkan nilai kerjasama kelompok, dimana antar anggotanya saling berinteraksi sehingga timbul pengaruh tingkah laku secara timbal balik, baik antara individu yang satu terhadap individu yang lain atau antara individu dengan kelompok secara keseluruhan. BLC dipandang sebagai salah satu teknis berhubungan antara manusia dengan maksud agar kualitas hubungan individu dalam kelompok tersebut dapat mengarah kepada perubahan tingkah laku yang positif melalui pendekatan andragogi di mana peserta yang lebih berpartisipasi aktif dalam program pembelajaran.
Belajar terbaik bagi orang dewasa adalah belajar melalui pengalaman (Exsperiencing). Belajar melalui pengalaman berarti belajar berhadapan langsung dengan masalah praktis, masalah social yang nyata, dan berupaya untuk memecahkannya. Cara belajar berdasarkan pengalaman akan memberikan makna bagi peserta. Tentu saja pembelajar harus berperan aktif dalam situasi pembelajaran yang disiapkan oleh pengelola atau Widyaiswara yang bertindak sebagai fasilisator. Pembelajar didorong untuk berprakarsa, mengajukan usul, menemukan cara terbaik untuk mempelajari suatu bahan.
Karena itu, dalam pelaksanakan BLC pada diklat, lebih banyak memberi kesempatan kepada peserta untuk mengalami / melakukan kegiatan, setelah itu baru diproses, sesuai dengan siklus belajar melalui pengalaman. Proses ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa dengan melakukan/mengalami maka “Pelajaran”  akan tercapai/terkesan lebih lama dan mendalam pada diri peserta. BLC sebagai proses dalam diklat biasanya orientasinya lebih kepada pengembangan ranah rasa (afektif).
Jadi kegiatan BLC memang berlatar belakang bahwa peserta akan belajar melalui pengalaman dimana peserta akan dapat belajar memahami betul maknah dari setiap kegiatan. BLC karena mereka mengalami sendiri, bukan hanya mendengar atau melihat.
Fasilitator hendaknya berupaya untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif agar setiap orang dapat mengembangkan kemampuannya sebaik mungkin. Tujuan Pembelajaran umum dan khusus dari setiap mata pelajaran perlu diketahui dan ditangkap dengan jelas oleh setiap peserta didik. Agar tujuan pembelajaran tercapai, sumber pembelajaran perlu diorganisasikan sebaik-baiknya, agar memberikan manfaat optimal bagi proses dan hasil pembelajaran.
1.  Norma Kelompok
 Norma kelompok adalah sutau cara melihat atau memandang sesuatu yang dimiliki oleh suatu kelompok, berupa sikap, nilai ataupun aturan permainan bersama (adam T. Indrawijaya, 1986). Norma yang telah disetujui bersama atau kelompok tersebut selanjutnya berkembang secara bertahap dalam rangka mengatur perilaku positif para anggotanya. Norma kelompok diperlukan agar dapat memberikan arah dan isi tentang bagaimana anggota kelompok berinteraksi dan berprilaku. Norma kelompok tercipta karena adanya tujuan kelompok.
    Norma kelompok dapat dirumuskan atau dinyatakan dalam berbagai bentuk. Pada kelompok yang relative tidak terlalu formal, mungkin norma kelompok dinyatakan dalam bentuk consensus tak tertulis. Dalam kelompok formal dapat berupa peraturan, pedoman pelaksanaan, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, dsb. Norma kelompok selalu ada apapun bentuknya, karena norma kelompok dimaksudkan agar dapat mempengaruhi perilaku anggotanya. Perilaku anggota kelompok yang mengacu pada norma kelompok, dikenal sebagai perilaku normative. Tetapi, dalam kenyataan, tidak semua anggota kelompok berperilaku normatif.
 Hasil penelitian para ahli menunjukkan tentang kaitan antara norma kelompok dengan penyesuaian perilaku, sebagai berikut : “penyesuaian perilaku atau konformitas, adalah suatu modifikasi perilaku anggota sejalan dengan norma kelompok.
Modifikasi perilaku ini dapat saja terjadi secara lahirias saja (kompliansi) atau terjadi karena diterima dengan separuh, artinya baik lahiriah maupun batiniah (akseptasi)”
Selanjutnya Stanley E Seashore mengemukakan bahwa tingkat keeratan hubungan dalam suatu kelompok menentukan norma kelompok mengenai tingkat prestasi seseorang atau kelompok. Hasil Penelitian seashore sampai kepada kesimpulan bahwa terdapat korelasi antara tingkat keeratan hubungan dengan tingkat-tingkat kepuasan anggota kelompok.
2. Daur Belajar Melalui Pengalaman
Belajar melalui pengalaman akan efektif apabila dilakukan melalui lima tahapan yang merupakan sebuah daur (Cycle) dan disebut daur belajar melalui pengalaman. Tahapan daur belajar melalui pengalaman tertuang dalam gambar berikut ini.
                                               Mengalami        


 


   Menerapkan                                                                 Memengungkapkan




Menggeneralisasikan                                              Mengolah/menganalisa

Gambar. Daur Belajar Melalui Pengalaman

Daur belajar melalui pengalaman (Experience learning cycle) dilakukan dalam situasi yang dibuat atau dipolakan (Structured Experience). Pola daur belajar melalui pengalaman dilakukan karena peserta diklat adalah orang dewasa yang telah memiliki berbagai pengalaman yang berbeda dan beragam. Peserta deberi kesempatan untuk bertukar pengalaman (sharing experiences). Dan semua peserta diperlakukan sebagai narasumber, tugas widyaiswara sebagai fasilisator. Daur belajar melalui pengalaman mengikuti urutan dari mengalami (experiencing), mengungkapkan pengalaman, pikiran dan perasaan (Publishing), mengolah dan menganalisis pengafaman (analyzing), menggeneralisasikan pengalaman kedalam prinsip umum (generalizing), dan mengaplikasi prinsip umum kepada situasi baru (application the new principles to new situation).
Apa yang kita artikan dengan komitmen (commitment) komitmen atau keikatan adalah janji atau kesanggupan yang pasti untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Kelas dalam suatu diklat dapat dianggap sebagai kelompok social yang memiliki batasan atau aturan yang perlu ditaati oleh semua anggota yang tergabung didalamnya, agar tujuan pembelajaran, yang merupakan kepentingan bersama tercapai dengan sebaik-baiknya dan berkualitas. Di dalamnya ada norma yang mengandung nilai. Sesuatu yang dilarang norma berarti mengandung nilai buruk bagi kelompok. Yang di haruskan dan dituntut untuk ditaati dan dilaksanakan, mengandung nilai baik. Norma merupakan aturan main yang perlu di taati, dan semua anggota kelompok harus komit terhadap norma yang disepakati bersama.
Pembinaan komitmen belajar (Building Learning Commitment) berperan untuk mencairkan suasana yang kaku karena antar peserta diklat belum saling mengenal, menyiapkan mereka agar dapat berkomunikasi, dan bertukar pengalaman secara terbuka, menciptakan suasana belajar yang menggembirakan dan menyenangkan, menetapkan nilai belajar yang disepakati bersama, membina kelompok yang berfungsi efektif sinergis, dan bertekad untuk mensukseskan proses pembelajaran yang berkualitas. Hal ini akan tercapai apabila antar peserta diklat telah tumbuh perasaan saling mempercayai, adanya sikap keterbukaan, bertanggung jawab, dan tumbuh rasa saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya.
Pengenalan diri sendiri adalah suatu langkah awal untuk dapat menjadi individu yang berhasil dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Individu yang berhasil dalam berinteraksi dengan lingkungannya adalah individu yang di butuhkan, diharapkan disenangi oleh lingkungan karena dapat memberi manfaat dan arti positif bagi kualitas kehidupan alam semesta dan kualitas pribadinya.
Usaha ini akan berhasil apabila usaha tersebut dilakukan dengan menggunakan akal sehatnya. Maka melalui penggunaan akal sehat individu manusia dapat melakukan usaha pengenalan diri sendiri sehingga keberadaannya akan diterima baik oleh lingkungan. Diterima oleh lingkungan itu merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selaku makhluk social.
Sehubungan dengan hal tersebut, banyak dikembangkan beberapa instrument yang dapat membantu seseorang mengenali diri sendiri, dari berbagai aspek potensi. Disamping dengan usaha pengisian kuisioner, usaha pengenalan diri juga dapat dilakukan melalui kegiatan perenungan atau intropeksi atau bias juga melalui masukan/pendapat dari orang lain yang dianggap cukup mengenal diri sendiri.
Antar individu akan terjadi rekatan (komitmen) apabila setiap orang dapat mengenal dirinya sendiri dan mengenal orang lain (teman satu kelasnya) dengan baik. Salah satu alat yang biasa dipakai adalah dengan menggunakan simulasi coat of arms. Dengan saling mengenal kekuatan dan kelemahan diri setiap orang akan bias berkomunikasi denagnbaik dan proposional, dan akan mampu bekerjasama dengan tim yang solid.
Pengenalan orang lain diperlukan agar individu dapat menyesuaikan diri dengan orang lain tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas indifidu dan kelompok. Dalam kegiatan BLC pengenalan orang lain dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi kelompok atau kesempatan memperkenalkan diri pada setiap peserta.
Setiap tim terdiri atas dua orang atau lebih yang bekerjasama atas dasar saling mempercayai, saling menghargai, saling membantu, saling belajar, dan saling pengertian dalam suasana yang menyenangkan dan menyelesaikan suatu tugas atau suatu masalah tertentu. Didalam tim perlu dipupuk rasa kebersamaan, keakraban, tukar menukar pengetahuan, dan tukar menukar pengalaman. Dalam operasionalisasinya terlibat unsure kepemimpinan, komunikasi, peran dan fungsi, serta pemecahan masalah dan pengambil keputusan.
Terbinanya suatu tim yang kompak dimulai dari tahapan pembentukan tim (forming), pennggugahan (storming), penetapan norma (norming), pelaksanaan kegiatan (performing), dan mentransformasikan generalisasi prinsip kesituasi baru (transforming), Sebagai perekat tim adalah TORI yaitu saling mempercayai (mutual trust), keterbukaan jiwa (open Mindedness) bertanggung jawab (responsibility) dan saling ketergantungan antar anggota yang satu dengan anggota yang lainnya dalam tim pembelajaran (interdependency).

      2. Merumuskan Komitmen Belajar
          1. Coba saudara perhatikan gambar Coat of arms yang ada dihadapan saudara, Pada kotak persegi empat yang ada ditengah-tengah, tuliskan nama panggilan yang paling disenangi, dan paling mudah diingat-ingat oleh teman-teman, Tulislah nama anda tersebut dengan huruf balok dan cukup besar agar mudah dibaca
          2. Pada kotak No. 1 tuliskan dua kebiasaan baik dalam belajar yang saudara miliki, yang mendorong kearah kesuksesan dalam belajar.
          3. Pada kotak no 2 tuliskan dua kebiasaan buruk anda dalam belajar yang sering kali menghambat hasil belajar
Tulislah dua prinsip yang saudara tanamkan kepada anak, adik atau yang lainnya dirumah, pada kolom no.3
          4. Tulislah pada kolom no 4, dua prinsip yang saudara tanamkan kepada bawahan atau teman di kantor tempat anda bekerja.
          5. pada kolom no 5 tuliskanlah dua mata pelajaran yang paling anda sukai pada saat saudara belajar di sekolah (SD s.d. SLTA)
         6. Pada kolom no. 6 tulislah dua mata diklat yang paling saudara sukai selama saudara mengikuti diklat (diklat apa saja dan kapan saja)
Pada akhir kegiatan ini, peserta diminta untuk :
Menyepakati dan komit terhadap beberapa prinsip belajar,misal berprilaku :
1.      Berdisiplin dalam mengikuti diklat
2.      Beranggung jawab
3.      Tekun dalam belajar
4.      Bertanya bila belum jelas
5.      Memanfaatkan sumber belajar optimal
6.      Saling membantu
7.      Serius, Santai dan Selesai
8.      Dan tidak berprilaku
9.      Malas
10.  Acuh tak Acuh
11.  sombong
12.  Egois, dll
13.  Peran dan fungsi anggota tim
14.  Perilaku individu yang berorientasi pada tugas, yaitu :
15.  Pengambil inisiatif
16.  Pencari informasi
17.  Pengumpul pendapat
18.  Pemberi informasi
19.  Pencari pendapat
20.  Pengolah dan elaborator (pemerinci)
21.  Pengkoordinasi
22.  Pengumpul atau penyimpul pendapat
23.  Perilaku individu yang berorientasi pada pemeliharaan kelompok
a.       Pendorong
b.      Penjaga Pintu
c.       Pembuat norma kerja
d.      Pengikut
e.       Pengekspresi perasaan kelompok
24.  Perilaku individu yang berorientasi pada diri sendiri, yaitu :
25.  Penentang dan pengkritik
26.  Penghalang
27.  Pendominasi
  • Penyaring
  • Pencari Simpati
  • Penyokong tertentu
  • Pengganggu
  • Pencari nama
  • Acuh tak acuh terhadap kegiatan kelompok yang sedang berlangsung

DAFTAR PUSTAKA
Augus Helen,1996 Kiat Memimpin Lokakarya, Seminar dan Pelatihan, Gagasan Informasi, Ilham,  Arcan,
DePoter Bobbi & Mike Hernacki,1999 Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Terjemahan : Alawiyah Abdurrahman, Jakarta, KAIFA,
Elis, Steven K, 1998How to Strive Training Assigment, Reading Massachussetts;
Addison Wesley Publishing Company, Inc,
Poni, Tonny, 1991Developing Effective Training Skills, London : Mac Graw Hill Book Company
Ramli, Haris. Dr., MSc, 2005Dinamika Kelompok, Jakarta: Pusdiklat Departemen Agama
Ramli, Haris. Dr., MSc, , 2006H. M. Azam Romly, Drs., Building Learning Commitment (BLC),  Jakarta: Pusdiklat Departemen Agama
Sri Martini, Dra., MPA, Sumarno, Drs. 2002Dinamika Kelompok, Jakarta, Lembaga administrasi Negara RI